FENOMENA MEDIA SOSIAL


Tentu kita tidak asing ketika mendengar istilah media social, hal ini cukup menggambarkan bagaimana kondisi masyarakat sekarang yang sudah sangat “tergantung” dengan media social. Dimana kini sebagian besar masyarakat sudah mengganggap media social sebagai kebutuhan pokok yang mungkin bisa disejajarkan dengan kebutuhan sandang, utamanya pada generasi pemuda sehingga tidak heran saat ini disebut dengan “Generasi Menunduk”. Melihat hal tersebut kita juga tahu bahwa media social sudah merambah ke berbagai bidang kehidupan masyarakat, sudah bukan hanya sebagai media saling bertukar informasi maupun sebuah jejaring yang menambah pertemanan, tentu penetrasi ini menimbulkan berbagai perubahan yang sangat mencolok di setiap bidangnya. Berikut urain mengenai fenomena media social yang terdapat bidang-bidang tersebut
A. Bidang Ekonomi
Munculnya berbagai jenis media social seperti facebook, whatsapp, Instagram, youtube, twitter dan sejenisnya yang awalnya hanya didesain untuk mempermudah komunikasi dan bertukar informasi sekarang sudah banyak dialihfungsikan utamanya untuk menghasilkan uang. Media sosial disini dapat dikatakan sebagai alat untuk berbisnis serta sarana pengembangan kewirausahaan (entrepreneur), dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan tiap aplikasi utamanya mengusung konten multimedia, dapat dilihat banyak orang dan gratis sehingga berbisnis dengan menggunakan media social sangat efektif, efisien dan menguntungkan. Hal ini dapat dilihat dari makin menjamurnya online shop diberbagai macam media social yang merupakan sebuah took virtual, ketika kita ingin berbelanja ataupun melihat berbagai koleksinya cukup hanya dengan menggunakan gadget saja selain memanjakan konsumen karena mereka tidak perlu lagi menghabiskan banyak waktu untuk pergi ke toko dan memiliki banyak
opsi untuk memilih barang sesuai keinginan. Media social juga menguntungkan bagi si penjual karena tidak perlu menghabiskan uang untuk menyewa tempat, memperkecil resiko kerugian usaha (system pre-order), tidak perlu mengeluaran uang untuk biaya promosi dan menghasilkan untung yang lebih banyak. Ditambah dengan fasilitas cyberspace seperti m-banking yang mempermudah transaksi antar penjual dan pembeli sehingga tidak perlu repot seperti transaksi konvensional. Namun disamping itu, sekarang ini marak penipuan berkedok online shop mulai dari barang yang tidak sesuai maupun barang tidak sampai ke tangan konsumen, tapi semua itu balik lagi kepada para konsumen agar menjadi konsumen cerdas dengan membeli barang di toko yang jelas. Resiko tersebut sekarang sudah mulai berkurang dengan adanya berbagai macam startup e-commerce yang menjadi pihak ketiga penguhubung antara penjual dan pembeli yang dapat mengurangi resiko-resiko bertransaksi via online.
Selain perdagangan, media social juga menjadi sarana periklanan yang lebih efektif, efisien dan ekonomis ketimbang periklanan konvensional seperti mencetak brosur, membuat x-banner, iklan di tv dan lain-lain. Sebagai contoh sekarang banyak sekali para youtuber dan blogger yang menjadikan media social sebagai sumber penghasilan utama yang memang hasilnya cukup menggiurkan. Hal ini bisa terjadi karena jasa periklanan yang diatur oleh google ads, mereka para creator (youtuber dan blogger) membuat konten menarik dan memikat banyak pengunjung sehingga dapat dijadikan tempat untuk menaruh ads (iklan). Semakin banyak pengunjung maka semakin besar pula pendapatan para creator.
B. Bidang politik
Bidang politik pun tak luput dari fenomena social media, dalam hal ini media social dijadikan sebagai sarana kampanye politik. Metode kampanye konvensional seperti pengerahan massa untuk rapat umum mulai terasa hampa. Di balik keramaian massa dengan berbagai atribut, terasa sepi makna. Keramaian ide, gagasan, dan visi-misi terasa mulai berpindah ke ruang-ruang maya. Untuk kalangan yang relatif terdidik, kampanye menggunakan media sosial lebih efektif ketimbang baliho dan spanduk. Inilah kelebihan media sosial efektif sebagai sarana pertukaran ide. Penyebaran berbagai ide, termasuk isi kampanye via media sosial, berlangsung amat cepat dan hampir tanpa batas. Di Twitter, misalnya, hanya dengan men-twit, informasi tersebar luas ke seluruh follower, begitu seterusnya dengan cara kerja seperti multi-level marketing. Efektivitas media sosial tidak hanya karena jumlah penggunanya yang masif. Karakteristik media sosial sendiri juga merupakan kekuatan, sebagai sarana untuk komunikasi di mana setiap individu saling memengaruhi.
Namun jangan sekali-kali meremehkan efek dari media social sebagai kampanye politik karena sudah banyak berbagai tokoh yang dulunya bukan siapa-siapa bisa menjadi tenar dan menang dalam pemilihan akibat media social ini. Sebut saja Presiden Jokowi dan Barack Obama, dimana mereka awalnya tidak terlalu tenar namun berkat media social gencar memberitakan kinerja mereka yang sangat baik sebagai pemimpin hingga mereka bisa menjadi presiden. Tapi media social ini memiliki sisi mengerikan di bidang politik ketika oknum-oknum tidak bertanggungjawab membuat berbagai macam kegaduhan yang bisa menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.
C. Bidang budaya
Perubahan budaya akibat media social sangat terlihat utamanya saat memasuka era milenial ini (2000an). Dimana umat manusia saat ini sudah sangat asik dengan gadget, hingga lupa berbagai nilai-nilai budaya serta berbagai Batasan norma yang dari dulu dijaga. Sekarang semua serba instan cukup menggunakan gadget bisa melakukan berbagai kegiatan dan bisa belajar apaun didalamnya, namun hal ini mulai menimbulkan masalah dimana orang-orang terlalu sibuk dengan gadgetnya hingga lupa dengan lingkungan sekitar. Lupa akan kehidupan sesungguhnya yang tidak bisa di selesaikan di dunia cyberspace, hingga tidak heran jika saat ini kita disebut dengan generasi menunduk. Mungkin jika disebut satu persatu perubahan dalam bidang budaya tersebut tidak ada habis-habisnya karena budaya yang sifaatnya sangat luas dan kompleks. Hasil-hasil kebudayaan buruk yang diciptakan media social saat ini dan sedang trend adalah narsisme, dimana merupakan persaan cinta kepada diri sendiri secara berlebihan hal ini ditandai dengan melakukan selfie berlebihan dan parahnya lagi sering para pengguna melakukan selfie ditempat dan di suasana yang tidak tepat yang bisa menjadi cerminan bagaimana apatisnya generasi sekarang dan apapun yang dilakukan wajib update status agar terlihat tetep eksis di social media. Sangat bertolak belakang dengan dulu orang-orang sangat menjaga privasi mereka karena komunikasi konvensional sifatnya one to one, jadi mereka hanya membagikan aktivitas mereka kepada orang yang mereka inginkan.
D. Bidang penyebaran informasi dan komunikasi
Pertama kali media social dibentuk adalah tujuannya untuk mempermudah penyebaran informasi dan komunikasi, dimana diharapkan dengan media social ini dapat menghapus kendala jarak dan waktu yang dapat menghalangi penyebaran ini formasi dan komunikasi. Dalam bidang penyebaran informasi, media social merupakan sumber informasi bagi konsumen dimana konsumen hanya memerlukan fasilitas internet untuk mendapat berbagai informasi yang diinginkan secara cepat dan beragam (sudut pandang bebas), tidak seperti sarana penyebaran informasi konvensional berupa media cetak (koran dan majalah) selain lebih mahal, terkadang informasi yang kita dapat tidak lengkap tergantung space yang disediakan dan memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh suatu informasi karena perlu membaca perhalaman. Dari segi penyebar informasi tentunya sangat dimudahkan dalam menyebarkan informasi selain sebagai wadah yang gratis, sangat efektif (dapat dibaca semua orang) dan efisien (dapat menulis dimanapun dan kapanpun). Namun karena bebasnya isi informasi yang dibuat tanpa proses penyuntingan maupun penyeleksian di social media, menyebabkan banyak terdapat berita hoax (palsu) yang sangat meresahkan masyarakat, disinilah peran literasi sebelum percaya dengan berita hoax tersebut sangat diperlukan.
Dalam bidang komunikasi tentunya media social menawarkan berbagai fasilitas yang memanjakan penggunanya dengan memungkinkan penggunaanya berkomunikasi tanpa dibatasi jarak dan waktu, selain itu juga pengguna bisa saling berbagi aktivitas dalam bentuk foto, video, suara dan tulisan dengan siapa saja hanya bermodalkan koneksi internet, sehingga membuat komunikasi semakin menyenangkan. Sedangkan sebelum penetrasi social media kita berkomunikasi harus bertemu terlebih dahulu ataupun via telpon dan sms yang tentunya selain mahal juga sangat membatasi orang yang kita ajak untuk berkomunikasi. Dampak yang paling dirasakan adalah mulai ditinggalkannya sara komunikasi konvensional yaitu telepon dan sms yang sekarang beralih berkomunikasi menggunakan media social.
E. Bidang hiburan
Sosial media juga mengekspansi kedalam bidang hiburan, yang saya coba bandingkan disini adalah sarana hiburan konvensional yaitu TV dan radio dengan social media. TV dan radio saat ini sudah mulai ditinggalkan utamanya oleh orang dengan umur 30 tahun kebawah, mereka lebih memilih social media seperti Instagram, youtube, line dan lain-lain untuk mengisi waktu luangnya ataupun sekedar menghilangkan penat. Hal ini bisa terjadi karena konten di social media tersebut sangat beragam dan kita bebas menentukan apa yang ingin kita tonton tentu kedua hal inilah yang tidak mungkin bisa ditiru oleh TV dan radio, sehingga eksistensi hiburan konvensional ini mulai ditinggalkan. Namun perlu diingat jika di social media konten bersifat bebas dan bebas diakses oleh siapa saja yang tidak seperti TV perlu melalui berbagai penyeleksian sebelum bisa ditampilkan. Dari segi pengisi konten di social media pun cukup memiliki penghasilan hampir menyamai dengan diindustri pertelevisian maupun radio.

Posting Komentar